Mengaktifkan
Sel-sel Moral Force dalam Organisasi
Kesehatan Mahasiswa Menghadapi Fenomena Less
Concerned
Oleh
IHFAH
KHAERAWATY GAU (PO714203141020)
D-IV
ANALIS KESEHATAN / TK. I
HIMPUNAN
MAHASISWA JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR
Jl.
Wijaya Kusuma Raya, No. 56
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan inayah
dan karunia-Nya sehingga penulisan makalah dengan judul Mengaktifkan Sel-sel Moral Force
dalam Organisasi Kesehatan Mahasiswa Menghadapi Fenomena Less Concerned ini dapat terselesaikan.
Dalam
penulisan makalah ini penulis tidak henti-hentinya mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini termasuk
kepada kakak-kakak senior dari HMJ-Analis Kesehatan.
Penulis
sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
sebagaimana pepatah “Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karenanya penulis
membuka tangan selebar-lebarnya guna menerima saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata penulis berharap agar makalah ini dapat berguna bagi para mahasiswa
khususnya di jurusan Analis Kesehatan.
Sekian
dan Terima Kasih.
Makassar,
29 November 2014
Ihfah Khaerawaty Gau
DAFTAR ISI
Halaman
Sampul……………………………………………………………
|
i
|
Kata
Pengantar……………………………………………………………..
|
ii
|
Daftar
Isi……………………………………………………………………..
|
iii
|
BAB
I
PENDAHULUAN…………………………………………………………..
|
4
|
A. Latar
Belakang……………………………………………………..
|
4
|
B. Rumusan
Masalah…………………………………………………
|
5
|
C. Tujuan
Penulisan…………………………………………………..
|
5
|
D. Manfaat
Penulisan………………………………………………….
|
5
|
BAB
II
PEMBAHASAN…...………………………………………………………...
|
6
|
BAB
III
PENUTUP…..……………………………………………………………….
|
18
|
A. Simpulan...............................................................................
|
18
|
B. Saran……………………………………………………………
|
18
|
Daftar
Pustaka………………………………………………………………
|
19
|
Lampiran…………………………………………………………………….
|
20
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dewasa
sekarang ini, ada banyak belenggu yang menghinggapi tiap mahasiswa sebagai civitas academica terutama hal yang
menyangkut tentang organisasi mahasiswa. Padahal untuk memajukan dan menyejahterakan
suatu bangsa dan Negara, mahasiswa memiliki peran yang sangat penting. Dimana
mahasiswa merupakan salah satu bagian dari sumberdaya manusia Indonesia
sekaligus merupakan aset bangsa yang kelak akan menjadi generasi penerus dalam
membangun bangsa.
Mengingat
mahasiswa merupakan aset nasional dan sumber daya insani yang strategis, maka
mahasiswa telah diberikan peluang dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengaktualisasikan diri secara utuh dan bertanggung jawab. Namun harapan itu
kadang tidak sesuai dengan realitas yang ada. Organisasi kemahasiswaan di
perguruan tinggi yang seharusnya berpegang pada prinsip “dari, oleh dan untuk
mahasiswa” kadang menyepelekan hal tersebut. Bahkan mahasiswa sebagai unsur
terpelajar dari generasi muda yang diharapkan untuk senantiasa peka terhadap
masalah yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diberi peluang untuk
turut serta dalam pembangunan nasional seolah terabaikan.
Berdasarkan
pokok-pokok pikiran tersebut, maka dalam organisasi kesehatan mahasiswa perlu diaktifkan
sel-sel moral force guna menghadapi
segala tantangan yang ada dan tetap berkiprah serta bermanfaat bagi bangsa dan
Negara, termasuk pula fenomena less
concerned yang seolah mewabah ditiap bagian organisasi kesehatan mahasiswa.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Moral Force?
2. Bagaimana
bentuk fenomena less concerned?
3. Bagaimana
mengaktifkan sel-sel moral force
dalam organisasi kesehatan mahasiswa menghadapi fenomena less concerned?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Moral
Force.
2. Untuk
mengetahui bentuk fenomena less concerned.
3. Untuk
mengetahui bagaimana mengaktifkan sel-sel moral
force dalam organisasi kesehatan mahasiswa menghadapi fenomena less concerned.
D.
Manfaat
Penulisan
1. Sebagai
acuan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Moral Force.
2. Sebagai
acuan untuk mengetahui bentuk fenomena less
concerned.
3. Sebagai
acuan untuk mengetahui bagaimana mengaktifkan sel-sel moral force dalam organisasi kesehatan mahasiswa menghadapi
fenomena less concerned.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), mahasiswa adalah orang yang belajar di
perguruan tinggi, dan secara adminitrasi terdaftar sebagai murid di perguruan
tinggi. Tapi pengertian mahasiswa tidak hanya sebatas itu, sebab mahasiswa
mengandung arti yang sangat luas, bukan hanya sekedar terdaftar secara
administrasi. Menjadi mahasiswa
merupakan kebanggaan dan juga sebagai tanggung jawab besar sebagai agen
pembawa perubahan. Menjadi seseorang yang akan memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Sedangkan
organisasi berasal dari bahasa latin organum
yang berarti alat atau badan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 803)
organisasi adalah kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk
mencapai tujuan bersama. Pada dasarnya ada 3 ciri khusus dari suatu organisasi,
yaitu: adanya kelompok manusia, kerjasama yang harmonis, dan kerjasama tersebut
berdasar atas hak, kewajiban serta tanggung jawab masing-masing rang untuk
mencapai tujuan (Djati Julitriarsa, 1998: 41).
Organisasi
kemahasiswaan merupakan bentuk kegiatan di perguruan tinggi yang
diselenggarakan dengan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa (Silvia Sukirman,
2004:72). Organisasi tersebut merupakan wahana dan sarana pengembangan diri
mahasiswa ke arah perluasan wawasan peingkatan ilmu dan pengetahuan, serta
integritas kepribadian mahasiswa. Organisasi kemahasiswaan juga sebagai wadah pengembangan
kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa dipergurua tinggi yang meliputi pengembangan
penalaran, keilmuan, minat, bakat dan kegemaran mahasiswa itu sendiri (Paryati
Sudarman, 2004:34-35). Hal ini dikuatkan oleh Kepmendikbud RI. No. 155/U/1998
Tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, bahwa:
Organisasi kemahasiswaan intra-perguruan
tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan
wawasan dan peningkatan kecendikiaan serta integritas kepribadian untuk
mencapai tujuan pendidikan tinggi.
Peran
penting pemuda khususnya dalam organisasi mahasiswa telah tercatat dalam
sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang dimulai dari pergerakan Budi Utomo
tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, proklamasi kemerdekaan tahun 1945,
pergerakan pemuda, pelajar, dan mahasiswa tahun 1966, sampai dengan pergerakan
mahasiswa pada tahun 1998 yang meruntuhkan kekuasaan Orde Baru selama 32 tahun
sekaligus membawa bangsa Indonesia memasuki masa reformasi. Fakta historis ini
menjadi salah satu bukti bahwa pemuda selama ini mampu berperan aktif sebagai
pionir dalam proses perjuangan, pembaruan, dan pembangunan bangsa.
Dalam
sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu mempunyai
peran yang sangat strategis di setiap peristiwa penting yang terjadi. Ketika
memperebutkan kemerdekaan dari penjajah belanda dan jepang kala itu, ketika
menjatuhkan rezim Soekarno (Orde lama), hingga kembali menjatuhkan rezim
Soeharto (Orde baru), pemuda menjadi tulang punggung bagi setiap pergerakan
perubahan ketika masa tersebut tidak sesuai dengan keinginan rakyat. Pemuda
akan selalu menjadi People make history
(orang yang membuat sejarah) di setiap waktunya. Pemuda memang mempunyai posisi
strategis dan istimewa. Secara kualitatif, pemuda lebih kreatif, inovatif,
memiliki idealisme yang murni dan energi besar dalam perubahan sosial dan secara
kuantitatif, sekitar 30-40% pemuda dari total jumlah penduduk Indonesia dalam
kisaran umur 15-35 tahun dan akan lebih besar lagi jika kisaran menjadi 15-45
tahun.
Jika
dilihat dengan seksama pemuda akan lebih bersifat kreatif untuk melakukan
pergerakan ketika kondisi atau suasana di sekitarnya mengalami kerumitan,
terdapat banyak masalah yang di hadapi yang tidak kunjung terselesaikan. Di
satu sisi, ketika suasana di sekitarnya terlihat aman dan tentram tidak ada
masalah serius yang dihadapi, pemuda akan cenderung diam/pasif, tidak banyak
berbuat, lebih apatis dan mempertahankan kenyamanan yang dirasakan. Padahal
baik dalam kondisi banyak permasalahan ataupun kondisi tanpa masalah serius,
pemuda dituntut lebih banyak bergerak dalam membuat perubahan yang lebih baik,
lebih produktif dan lebih kreatif dalam memikirkan ide-ide perubahan untuk
bangsa yang lebih baik.
Sebagai
kaum intelektual, mahasiswa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
berbangsa. Yang pertama sebagai Agent Of
Change atau agen perubahan yang dituntut bersifat kritis dan diperlukan
implementasi yang nyata. Mahasiswa adalah garda terdepan dalam memperjuangkan hak-hak rakyat,
mengembalikan nilai-nilai kebenaran yang dilakukan oleh kelompok-kelompok elit
yang hanya mementingkan dirinya dan nasib kelompoknya. Tapi realitanya sering
kita menjumpai garda terdepan ini terikat oleh politik dan kepentingan
kelompok, dan melupakan peranannya sebagai agen
of changes. Padahal harapan bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi
generasi penerus yang memiliki loyalitas tinggi terhadap kemajuan bangsa.
Peranan
Mahasiswa yang kedua adalah sebagai kontrol sosial, dimana mahasiswa sebagai penengah antara
pemerintah dan masyarakat. Mahasiswa menyampaikan aspirasi masyarakat terhadap
pemerintah dan juga menunjukkan sikap yang baik terhadap masyarakat sebagai
kontrol sosial. Sebagai pengontrol sosial mahasiswa juga memiliki tugas
mengontrol peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk
kepentingan pribadi dan kelompok.
Peran
Mahasiswa yang ketiga adalah Iron Stock,
yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki
kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi
sebelumnya. Intinya mahasiswa merupakan aset cadangan, harapan bangsa untuk
masa depan. Tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan
bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua
ke golongan muda, oleh karena itu harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus
dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila
tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.
Pada
Intinya peran dan fungsi mahasiswa adalah sebagai Garda / Agen, yang memiliki
tugas untuk membuat perubahan yang lebih baik untuk bangsa dan negara. Mulai
dari membawa perubahan, mengontrol, penengah pemerintah dengan rakyat, dan sebagai
aset bangsa. Sehingga kita sebagai mahasiswa mesti bersifat kritis terhadap
permasalahan yang ada sehingga kita dapat berjalan sesuai dengan peranan kita
sebagai mahasiswa.
Dewasa
sekarang ini, peran-peran yang diharapkan pada mahasiswa seolah terseret arus
zaman, lenyap sedikit demi sedikit. Bahkan organisasi-organisasi kemahasiswaan
yang sehat dan maju untuk dijadikan sebagai pilar bangsa sekaligus menjaga
ketentraman Negara seolah hanyalah mimpi di siang bolong. Padahal dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara mahasiswa adalah aset penting yang akan
menjadi penerus bangsa.
Peran mahasiswa dalam setiap perubahan tatanan
kenegaraan selama ini sudah menjadi jargon dan pilar utama terjaminnya sebuah
tatanan kenegaraan yang demokratis. Dan
semua itu tak terlepas dari Dunia Organisasi Mahasiswa yang merupakan
sebuah alur dalam pembelajaran diri dan wadah pendewasaan. Selain berfungsi
sebagai pembelajaran diri, organisasi mahasiswa merupakan wahana bagi mahasiswa
berempati dengan situasi yang terjadi di masyarakat.Negara berkembang layaknya
Indonesia, banyak dihadapkan masalah-masalah sosial terutama menyangkut
kesenjangan ekonomi, kecurangan, ketidakadilan, dan ketidakstabilan politik.
Organisasi mahasiswa bersinggungan
langsung dengan persoalan-persoalan ini, sehingga menemukan solusi atas apa
yang terjadi.
Pandangan
masyarakat terhadap organisasi kemahasiswaan pada saat ini mungkin sudah
sedikit jauh berbeda dengan masyarakat pada zaman pra kemerdekaan, jika dulu
para mahasiswa bersama organisasinya turun kelapangan melakukan aksi
demonstrasi untuk kepentingan rakyat. Melalui gerakan mahasiswa 1966 dan 1998,
telah terbukti bahwa mahasiswa melalui organisasinya baik yang bersifat
internal kampus maupun eksternal kampus mempunyai bargaing position tersendiri yang ikut serta dalam menentukan maju
atau mundurnya negara dan bangsa. Pada tahun 1966, kita mengenal adanya DM UGM
(Dewan Mahasiswa Univ. Gadjah Mada), DEMA ITB (Dewan Mahasiswa Institut
Teknologi Bandung), dan Senat–senat Mahasiswa lainnya. Organisasi–organisasi
tersebut akhirnya melebur menjadi satu menjadi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia) yang lahir dari gagasan mahasiswa Univ. Indonesia. KAMI merupakan suatu
bentuk representasi mahasiswa Indonesia dalam menyuarakan protes terhadap
ketidakadilan yang dilakukan oleh rezim Soekarno yang menjadi pemerintah pada
saat itu. Kita mengenal protes tersebut sebagai TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat).
Pada tahun 1998, Organisasi mahasiswa pun bangkit kembali dalam menanggapi
persoalan bangsa yang berupa jatuhnya perekonomian negara dan timbulnya krisis
multidimensi yang disebabkan oleh rezim Soeharto yang telah berkuasa selama 32
tahun. Sekali lagi organisasi mahasiswa menunjukkan posisinya yang tak
tergoyahkan sebagai pejuang bangsa yang selalu siap memperjuangkan tidak hanya
aspirasi mahasiswa saja tetapi juga tetapi juga amanat penderitaan rakyat.
Tapi sekarang relitas dilapangan sungguh jauh
berbeda, para pemuda banyak melakukan aksi demonstrasi yang didasari oleh
kepentingan elit politik, mereka melakukan tawuran dan bahkan ada yang
mengatasnamakan agama dengan menjadi anggota teroris. Aksi-aksi mahasiswa terkesan
kehilangan comon enemy (musuh
bersama). Solidaritas gerakan mahasiswa semakin mencair ke dalam ke-akuan
masing-masing. Kampusku, organisasiku, idiologiku, dan keaku-akuan yang lain.
Meskipun tidak bisa dipungkiri masih ada beberapa organisasi yang tetap
konsisten menjadi corong kepentingan rakyat dengan tetap melakukan aksi-aski
turun ke jalan.
Ironisnya,
mencairnya gerakan mahasiwa ke dalam internal kampus tidak menjadikan
organisasi mahasiswa dapat tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan social society dan memiliki bargaining posisioning dalam menyikapi
kebijakan-kebijakan biokrasi kampus dan mengakomodir aspirasi dan menjadi juru
bicara mahasiswa. Kondisi semacam ini semakin diperparah lagi dengan tingkah
pola segelintir mahasiswa yang meng-klaim dirinya sebagai “aktivis kampus” yang
justru menjurus kepada pembenaran atas kecendrungan analisa negatif sebagai mahasiswa
lainnya tersebut. Bahkan, sebagian di antaranya cenderung “arogan”, merasa
paling intelek dengan tidak menghiraukan keberadaan lingkungan sekitarnya.
“Aktivis
Kampus” seperti ini kerap berbicara soal demokrasi, tapi di saat itu juga
cendrung “Otoriter”, memaksakan kehendak dan tidak bisa menerima perbedaan dan
pendapat yang lain. Membahas “revolusi”, tapi tidak diimbangi dengn revolusi
akhlak dalam dirinya yang masih jauh dari nilai-nilai fitri. Berdebat tentang
Konsep Ketuhanan namun tak nampak “sifat-sifat” Tuhan dalam dirinya, seperti
rahman, Rahim. Maka kalau kondisi ini terus dibiarkan, maka tidaklah heran
organisasi mahasiswa mengalami degradasi
dan deteroiorasi dalam skala aksi maupun
subtansi. Dan hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan kaderisasi menurun
drastis baik kualitas maupun kuantitas.
Menurut
citizennews, masalah-masalah yang melanda para mahasiswa saat ini antara lain,
lingkungan kampus atau berbagai aktivitas pembelajaran di kampus menuntut para
mahasiswa untuk dapat belajar mandiri, karena mereka jauh dari orang tua dan
sanak keluarga. Banyak mahasiswa yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungan kampus karena kurangnya kepekaan sosial dan rasa tanggung jawab mereka
terhadap apa yang ada di lingkungan sekitar.
Masalah-masalah
yang dialami mahasiswa pun tidak hanya itu, banyak yang lain misalnya : dalam
hal pembelajaran di kampus yang dirasa sangat membosankan karena mungkin
sebagian dari mereka menyesal di jurusan yang telah dipilih, lingkungan kos
yang tidak mendukung untuk belajar dan mengembangkan diri, dan sulitnya membagi
waktu antara kuliah, mengerjakan tugas, dan organisasi sehingga sering membolos
kuliah dan nilainya pun menjadi turun drastis. Di sisi lain, orang tua mereka
menuntut anaknya untuk memperoleh IP yang bagus di setiap semesternya, dan bisa
diandalkan untuk memperoleh pekerjaan yang layak setelah dia lulus kuliah pada
jenjang sarjana. Jika kondisi mahasiwa yang kurang bersemangat dalam menjalani
kuliah, bagaimana harapan orang tua itu bisa tercapai. Mungkin hanya kekecewaan
yang akan orang tua mereka dapatkan.
Mahasiswa
yang mempunyai banyak permasalahan seperti itu, biasanya karena kurang
menyadari arti tanggung jawab, kedispilinan, komitmen dan resiko yang akan
mereka hadapi pada masa yang akan datang. Dimana pada masa yang akan datang
para lulusan dituntut untuk semakin berkompeten dan profesional dibidangnya
masing-masing. Kriteria pekerjaan dan persaingannya pun akan semakin ketat.
Kondisi
seperti diatas membuat para mahasiswa mengalami banyak tekanan karena berbagai
tuntutan yang harus mereka hadapi. Kadang-kadang mereka sering mengabaikan
kewajiban utama mereka di bangku kuliah yaitu belajar. Perlunya kesadaran
tinggi untuk menyadarkan permasalahan tersebut. Kesadaran diri itu tentunya
timbul dari dalam diri mereka sendiri.
Salah
satu masalah yang sangat kompleks dan pasti dialami oleh mahasiswa adalah
ketika mahasiswa tidak bisa membagi waktu kuliah, tugas, dan organisasi. Kuliah
harus dijalani sementara organisasi pun tidak bisa ditinggalkan. Ketika antara
ketiga hal tersebut tidak bisa diatur secara bijaksana, maka akan berakibat
fatal. Biasanya mahasiswa yang seperti itu bingung harus memprioritaskan mana
yang lebih penting.
Ketika
mahasiswa menghadapi berbagai macam masalah yang ada, seringkali mereka lari
dari kenyataan dan bahkan menghindarinya, sehingga masalah yang mereka alami
pun tidak dapat terselesaikan dengan baik dan bahkan tidak ada jalan keluarnya
sama sekali.
Dari
berbagai permasalahan-permasalahn di atas, penyebab utamanya adalah karena saat
ini banyak mahasiswa di Indonesia mengalami degradasi moral, terlena dengan
kesenangan dan lupa akan tanggung jawab sebagai seorang pemuda. Tataran moral,
sosial dan akademik, mahasiswa tidak lagi memberi contoh dan keteladanan baik
kepada masyarakat sebagai kaum terpelajar, lebih banyak yang berorientasi pada hedonisme (berhura-hura), tidak banyak
pemuda yang peka terhadap kondisi sosial masyarakat saat ini, dalam urusan
akademik pun banyak mahasiswa tidak menyadari bahwa mereka adalah insan
akademis yang dapat memberikan pengaruh besar dalam perubahan menuju kemajuan
bangsa.
Problematika
pemuda yang terbentang di hadapan kita sekarang sangatlah kompleks, mulai dari
masalah pengangguran, krisis eksistensi, krisis mental hingga masalah dekadensi moral. Budaya permisif dan pragmatisme yang kian merebak membuat sebagian pemuda terjebak
dalam kehidupan serba instant, hedonis,
dan terlepas dari idealisme sehingga
cenderung menjadi manusia yang anti sosial.
Problematika
inilah yang mendasari munculnya sebuah fenomena less concerned, yaitu fenomena berkurangnya kepedulian organisasi
mahasiswa khususnya dalam bidang kesehatan terhadap lingkungan sekitarnya.
Less concerned
menimbulkan dampak buruk dalam organisasi kesehatan mahasiswa. Sebab organisasi
kesehatan mahasiswa selama ini banyak dijadikan sebagai tittle saja, namun hal-hal kecil disekitar mereka seolah
terabaikan. Keadaan-keadaan lingkungan disekitar mereka yang sebenarnya sangat
membutuhkan uluran tangan, tapi tidak mendapatkannya. Kebanyakan organisasi
kesehatan mahasiswa saat ini bersikap memilih tentang apa yang akan
dilakukannya.
Di
dalam kampus, mahasiswa terkondisikan bahkan cenderung teralienasi dari
masyarakat. Setiap hari mahasiswa dijejali mata kuliah yang pada prinsipnya
hanya mengembangkan kemampuan kognitif semata dan bukan mengembangkan kemampuan
sosialnya. Tugas demi tugas yang berentetan malah semakin menjauhkan mahasiswa
dari masyarakatnya. Di kampus mahasiswa harus bergelut dengan mata kuliah dan
di luar kampus mahasiswa juga tetap sibuk dengan tugas-tugasnya. Lalu peran
perubahan seperti apa yang bisa diberikan mahasiswa yang sudah teralienasi
tersebut?
Sedikit
lebih baik jika memang mahasiswa disibukkan dengan kuliahnya dibandingkan sibuk
dengan kehidupan hedonis dan permisifnya. Kedua sikap tersebut sekarang ini
dalam pandangan penulis menjadi sikap dominan di kalangan mahasiswa. Jangankan
memikirkan tanggung jawab sosialnya di masyarakat, memikirkan menjadi mahasiswa
yang baik dalam perkuliahan pun mungkin tidak ada dalam pikiran mereka. Jika
ada tugas kuliah, seringkali mereka malah mengandalkan temannya. Bahkan bisa
juga ketika tiba waktunya untuk menyusun skripsi mereka malah meminta jasa
orang lain untuk membuatkannya.
Saat
ini memang harus diakui banyak mahasiswa yang tidak menyadari tanggung jawab
sosialnya sebagai agen perubahan. Mereka malah sibuk dengan kehidupan pribadinya.
Apa yang dipikirkan mahasiswa hari ini bukan lagi perbaikan masyarakat, namun
malah sibuk memikirkan dirinya sendiri. Ini merupakan fakta, mahasiswa sekarang
lebih sibuk memikirkan pacar daripada memikirkan masyarakatnya. Bukannya ikut
berperan memajukan masyarakat, seringkali bahkan mahasiswa malah menjadi bagian
yang mengotori masyarakat dengan perilakunya yang tidak terpuji.
Banyak
sekali perilaku mahasiswa sekarang yang tidak mencerminkan manusia yang
bertanggung jawab kepada masyarakatnya. Mereka banyak yang tawuran di
tengah-tengah masyarakat sehingga menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Tak
sedikit pula yang berselisih bahkan tawuran dengan masyarakat itu sendiri.
Perilaku buruk lainnya misalnya keterlibatan mahasiswa dalam pengedaran obat
terlarang baik sebagai pengedar maupun sebagai konsumen. Belum lagi perilaku
seks bebasnya yang sudah menyebar di kalangan mahasiswa. Semua perilaku buruk
tersebut tentu saja telah memudarkan peran mahasiswa sebagai agen perubahan
bagi masyarakat.
Tergerusnya
peran mahasiswa sebagai agen perubahan tentu saja akan merugikan masyarakat.
Mahasiswa merupakan motor perubahan. Jika motor ini mogok, tentu saja tidak
akan ada perubahan bagi masyarakat. Agar peran ini kembali bisa menjadi ruh
pada setiap mahasiswa ada baiknya perguruan tinggi dan mahasiswa itu sendiri
memahami tridharma perguruan tinggi yang menuntut keseimbangan intelektual dan
peran pengabdian kita kepada masyarakat. Maka untuk menghadapi fenomena less concerned yang terjadi, organisasi
kesehatan mahasiswa perlu mengaktifkan sel-sel moral force dalam dirinya.
Moral force
atau kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harus moral force? Organisasi kesehatan mahasiswa dalam kehidupannya
dituntut untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat.
Hal ini menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat
sebagai kaum terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk menempuh pendidikan
yang lebih tinggi.
Kini,
peran mahasiswa yang satu ini telah banyak ditinggalkan, banyak kegiatan
mahasiswa yang berorientasi pada kehidupan hedonisme.
Amanat dan tanggung jawab yang telah dipegang oleh mahasiswa sebagai kaum
terpelajar telah ditinggalkan begitu saja. Jika ini terjadi, kegiatan mahasiswa
bukan lagi berorientasi pada rakyat, hal ini pasti akan menyebabkan generasi
pengganti hilang. Maka dari itu, peran moral
force sangat dibutuhkan bagi mahasiswa Indonesia yang secara garis besar
memiliki goal menjadikan negara dan
bangsa ini lebih baik.
Mahasiswa
dengan segala keunikan dan kelebihannya masih sangat rentan, sebab posisi
mahasiswa yang dikenal sebagai kaum idealis harus berdiri tegap di antara
idealisme mereka dan realita kenyataan. Realita ini yang ada dalam masyarakat,
di saat mahasiswa tengah berjuang membela idealisme mereka, tenyata di sisi
lain realita yang terjadi di masyarakat semakin buruk. Saat mahasiswa berpihak
pada realita, ternyata secara tak sadar telah meninggalkan idealisme dan ilmu
yang seharusnya di implementasikan. Inilah yang menjadi paradoks mahasiswa saat
ini.
Posisi
mahasiswa di masyarakat juga masih dianggap sebagai kaum ekslusif, kaum yang
hanya bisa membuat kemacetan di kala aksi, tanpa sekalipun memberikan hasil
yang konkret, yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan kata lain,
perjuangan dan peran mahasiswa saat ini telah kehilangan esensinya sehingga
masyarakat sudah tidak menganggap peran mahasiswa sebagai suatu harapan. Hal
inilah yang menyebabkan moral force
yang selama ini tersembunyi dalam diri para mahasiswa Indonesia harus
diaktifkan kembali. Dengan begitu, organisasi kesehatan mahasiswa tetap
menebarkan bau harum keadilan sosial dan solidaritas kerakyatan.
Ketika
sel-sel moral force dalam organisasi
kesehatan mahasiswa diaktifkan kembali maka fenomena less concerned dapat dihadapi oleh organisasi mahasiswa dimana
dalam organisasi tersebut peran-peran mahasiswa sebagai aset Negara, agen
perubahan, dan kontrol sosial akan tercipta, membawa bangsa Indonesia menuju
bangsa yang maju dan berjaya.
Sebab yang terpenting dalam sebuah
organisasi adalah bagaimana dampak dan manfaatnya bagi bangsa dan Negara. Tidak
perlu berupa organisasi besar atau bahkan organisasi terkenal. Yang diperlukan
hanyalah sebuah efek besar, bagaimana organisasi itu memajukan bangsa dan
negaranya, mendedikasikan diri sepenuhnya, bukan sebagai ajang untuk
mengeksiskan diri, tapi sebuah pengabdian hidup untuk bangsa dan Negara,
sekaligus sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa –
Ihfah Khaerawaty Gau.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Adapun
simpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas, antara lain:
1. Moral force
adalah modal utama yang perlu ada dalam sebuah organisasi kesehatan mahasiswa
terutama ketika ingin memajukan bangsa dan Negara. Tanpa moral force, masalah-masalah pelik yang dihadapi dalam sebuah
organisasi saat ini tidak akan mampu terselesaikan.
2. Less concerned adalah
fenomena dimana semakin banyak organisasi kesehatan mahasiswa yang kurang
peduli dengan keadaan sekitarnya, hal kecil yang sebenarnya bisa membantu
terabaikan. Fenomena inilah yang perlu dihadapi dengan baik oleh organisasi
kesehatan mahasiswa.
3. Ketika
organisasi kesehatan mahasiswa telah mengaktifkan moral force, maka fenomena less
concerned akan mampu dihadapi dengan mudah sehingga organisasi kesehatan
tidak hanya memberikan bantuan nyata pada masyarakat tetapi membawa perubahan
pada bangsa Indonesia menuju arah kemajuan.
B.
Saran
Menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan
detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak, yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/4631795/Peran_dan_Fungsi_Mahasiswa
(diakses pada tanggal 29 November 2014,
pukul 14.00 WITA)
http://citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=view&id=1921
(diakses pada tanggal 29 November 2014,
pukul 14.11 WITA)
http://hmibinabangsa.blogspot.com/2013/10/peran-dan-fungsi-mahasiswa.html
(diakses pada tanggal 29 November 2014,
pukul 14.47 WITA)
http://nenu666.blogspot.com/2011/12/moral-force-pancasila.html
(diakses pada tanggal 29 November 2014,
pukul 15.42 WITA)
http://phyrahysteria.blogspot.com/2013/01/implementasi-nilai-nilai-pancasila.html
(diakses pada tanggal 29 November 2014,
pukul 15.42 WITA)
http://diniayu21.blogspot.com/2012/11/organisasi-mahasiswa_20.html
(diakses pada tanggal 29 November 2014,
pukul 15.43 WITA)
http://tkampus.blogspot.com/2012/04/pentingnya-organisasi-bagi-mahasiswa.html
(diakses pada tanggal 29 November 2014,
pukul 15.45 WITA)
http://maesuna90mmj.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-organisasi-kemahasiswaan.html
(diakses pada tanggal 29 November 2014,
pukul 15.50 WITA)
http://ipnuippnungasem.blogspot.com/p/ciri-organisasi-yang-baik.html
(diakses pada tanggal 29 November 2014,
pukul 15.42 WITA)
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/06/konsep-organisasi-kemahasiswaan.html
(diakses pada tanggal 29 November 2014,
pukul 16.18 WITA)
LAMPIRAN
TENTANG PENULIS
Ihfah Khaerawaty Gau, gadis
bergolongan darah AB yang lahir pada tanggal 29 Juni 1996 di sebuah kota kecil.
Sangat menyukai hal-hal berbau karya tulis maupun karya sastra. Senang
mengekspresikan diri melalui tulisan-tulisan dan sangat menghargai seorang
penulis. Sudah ada beberapa karya
kecilnya yang dibukukan walau bukan dalam bentuk novel tunggal. Fobia pada
hewan kecil bernama ulat bulu, dan sangat menggemari warna biru. Setiap
karyanya selalu didedikasikan kepada Ibu yang selalu menjadi penghangat
harinya, kepada Ayah sang motivator abadi dalam hidupnya, kepada satu-satunya
adik yang selalu memberikan komentar pedas pada setiap karyanya, kepada semua
teman-teman yang selalu mendukungnya, dan kepada para pembaca yang selalu
menikmati setiap tulisan-tulisan abstraknya. Dan rasa syukur tak pernah lupa
untuk dipanjatkan kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT atas semua hal yang
telah diberikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar